Langsung ke konten utama

Sudah PMII kah kita?

 

Pergerakan mahasiswa siswa Islam Indonesia. Secara basis masa tidak perlu untuk di kalkulasikan kuantitas nya,setiap pergguruan tinggi tingkatan rayon, komisariat mampu merekrut anggota dengan basis masa yang bisa dibilang fantastis,dengan metode pengenalan historis PMII yang konsisten dengan faham Islam ahlussunah wal jamaah,dan asas tunggal Pancasila dalam bernegara.

Pengenalan PMII secara kaderisasi formal bermula dengan tahapan MAPABA (masa penerimaan anggota baru) degan dikenalkan ideologis PMII dan identitas mahasiswa yang mempunyai peran penting dalam lingkup sosial.

Di berikan citra diri sebagai insan Ulul Al-Bab,anggota/kader PMII yang memiliki keyakinan untuk memperjuangkan idealisme mahasiswa di garis perjuangan bersama PMII,di bekali sikap yang yang harus di pegang teguh dalam rumusan setiap gerak,ketauhidan dalam hal ini kita memasrahkan diri terhadap Allah SWT,

-hablumninallah

-habluminannas

-dan habluminalalam

Perinsip ini harus tetap konsisten demi terwujudnya ruang sosial dan spiritual dalam berkesinambungan secara kolektif,dan mampu merekonstruksikan hasil untuk kemaslahatan umat.

PMII secara historis di dirikan untuk menjadi basis pengembangan keilmuan mahasiswa demi terciptanya mahasiswa yang bertanggung jawab terhadap ilmunya untuk masyarakat.




Pen:Ihya

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yayasan Sabar Dirin Husodo dan PMII Rayon KPI Bersinergi Membangun Mushola di Banjarrejo.

Media Movement  - Pembangunan mushola baru yang berlokasi didusun Cempaka, Desa Banjarrejo 38b kini memasuki tahap pembangunan fisik setelah dilaksanakan peletakan batu pertama pada 06 November 2024 lalu. Mushola yang diperkirakan akan selesai masa pembangunan nya pada akhir Januari 2025 ini, diharapkan dapat menjadi pusat kegiatan keagamaan dan sosial bagi warga setempat. Pembangunan mushola ini digagas oleh Yayasan Sabar Dirin Husodo bersama Pengurus PMII Rayon Komunikasi dan Penyiaran Islam (PR-KPI). Dalam sambutanya pada musyawarah yayasan bersama warga desa, Ketua Yayasan Sabar Dirin Husodo, Bapak Sudirin, M. Pd menyampaikan bahwa mushola ini akan memiliki fasilitas yang tidak hanya untuk ibadah, tetapi juga untuk kegiatan sosial, kemahasiwaan, pelatihan keterampilan, serta kegiatan-kegiatan pendidikan agama lain nya.  "Mushola ini dibangun atas upaya yang dilakukan yayasan untuk membangun rumahnya Allah. Dibangun dilingkungan masyarakat dusun Cempaka desa Banjarrejo, mus...

Melawan Stagnansi : Bagaimana Pemikiran Kritis Membantu Mahasiswa Menghadapi Tantangan Global

 Di era globalisasi yang serba cepat, mahasiswa menghadapi berbagai tantangan yang kompleks dan dinamis. Stagnasi—ketidakmampuan untuk berkembang atau beradaptasi—bisa menjadi penghalang besar bagi mereka dalam meraih kesuksesan. Salah satu alat yang sangat berguna untuk melawan stagnasi adalah pemikiran kritis. Artikel ini akan membahas bagaimana pemikiran kritis dapat membantu mahasiswa menghadapi dan mengatasi tantangan global yang mereka hadapi.  Apa Itu Pemikiran Kritis? Pemikiran kritis adalah kemampuan untuk menganalisis dan mengevaluasi informasi secara objektif dan rasional, serta membuat keputusan yang didasarkan pada pertimbangan yang matang. Ini melibatkan kemampuan untuk melihat masalah dari berbagai sudut pandang, menilai argumen, dan membuat kesimpulan yang logis. Pemikiran Kritis sebagai Alat untuk Mengatasi Stagnasi 1. Adaptasi Terhadap Perubahan: Dunia global saat ini berubah dengan sangat cepat. Teknologi baru, perubahan ekonomi, dan dinamika sosial yang ter...
                               MALAM PUNCAK SIG PMII RAYON PBS Sebagai tim yang mengikuti langsung proses dokumentasi kegiatan Sekolah Islam Gender (SIG), kami di MediaMovement tidak hanya menyaksikan peristiwa demi peristiwa, tapi juga merasakan energi perubahan yang tumbuh dalam setiap sesi, hingga akhirnya meledak dalam panggung spektakuler bertajuk Gebyar Wajah Rayon 1 (GWR 1) . GWR 1 bukan sekadar malam puncak, ia adalah manifestasi dari gagasan dan kesadaran yang dibangun selama SIG. Pementasan seni tari, orasi-puitis, live music, hingga teater bertema patriarki bukanlah hiburan kosong. Setiap gerakan dan dialog adalah protes, kritik, sekaligus harapan—khususnya saat teater menyentuh isu “ sifat walid ”, simbol dominasi dalam struktur sosial yang seringkali tak disadari. Kami melihat bagaimana peserta SIG menjadikan panggung sebagai ruang aman untuk bersuara, untuk menggetarkan dindin...